Oleh:
Ir. H. Basri A. Bakar, M.Si
Ir. H. Basri A. Bakar, M.Si
“Perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungnya selain Allah adalah
seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling
lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahuinya).”
(QS. al-‘Ankabut: 41)
Laba-laba
yang dalam bahasa Aceh disebut Rambideun adalah binatang dengan sarang
paling rapuh. Meski demikian, sarang ini bukanlah tempat yang aman bagi
mangsa. Binatang kecil apa pun yang tersangkut di sana akan terjebak,
disergap pemilik sarang, lalu disantap. Serangga ini membuat sarangnya
yang berbentuk jaring-jaring dari benang sutra (air ludahnya) yang
dihasilkan dari perutnya yang juga berfungsi sebagai perangkap mangsa.
Salah
satu hal negatif dari laba-laba adalah filosofi hidupnya hanya berfikir
dan berbuat untuk kepentingan dan kesenangan dirinya saja. Dia membuat
sarang berupa jaring-jaring untuk memperdaya dan menangkap binatang lain
untuk makanannya. Yang dia pikirkan hanya dirinya saja dan dia tidak
perduli dengan nasib makhluk lainnya. Selain itu naluri laba-laba
menganggap bahwa hewan lain selain dirinya adalah musuh sekaligus mangsa
untuk makanan dirinya. Begitu ada hewan lain yang mendekat ke sarangnya
dia terlihat pontang-panting panik bergerak ke segala arah.
Itulah
kebiasaan dan pola hidup rambideun. Orang-orang yang menyerupai sifat
rambideun biasanya selalu mementingkan diri sendiri. Ia tidak pernah
merasa sedih melihat orang lain menderita, yang penting dirinya senang.
Bahkan kalau bisa orang lain akan dimangsa demi memperturutkan hawa
nafsunya. Orang yang berbudaya seperti laba-laba sangat merugikan orang
lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi
berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir
apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk
kepentingan dan kesenangan pribadi.
Tidak
sedikit kita menemukan orang yang tamak dan memfitnah sesama untuk
mencapai tujuannya. Mudah-mudahan menjelang Pilkada ke depan, tidak ada
kandidat yang ikut-ikutan seperti Rambideuen yang menebar jaring maut
demi kemenangan. Orang yang berperangai seperti laba-laba tidak cocok
menjadi pemimpin, karena naluri kebinatangannya akan muncul saat ia
berkuasa. Ia tak segan-segan mendhalimi rakyatnya untuk kesenangan
dirinya.
Sumber: GemaBaiturahmanOnline
0 komentar:
Posting Komentar