Selasa, 23 April 2013

Al-Azhar Apresiasi Kitab Karangan Ulama Aceh

 OLEH AZMI ABUBAKAR,
 (mahasiswa Universitas Al-Azhar, Editor Buletin el-Asyi Mesir, melaporkan dari Kairo)

KETIKA sedang larut dalam diskusi tentang peranan keilmuwan ulama-ulama Melayu tempo dulu, tiba-tiba Syekh kami menyodorkan sebuah kitab nahwu yang tingkatannya hampir sama dengan kitab Ajrumiyah. Kitab itu berjudul “Al-`Awamil al-Jurjaniyah”, karangan Syekh Ahmad bin Muhammad Zain bin Mustafa Alfatani. Dari nama akhir sang pengarang menunjukkan kepada kita bahwa beliau berasal dari Pattani, Thailand Selatan. Guru kami ini sangat senang dan memuji kitab Awamil al- Jurjaniyah tersebut.

Lantas saya teringat sebuah kitab Jawo yang mengupas ilmu tauhid. Kitab ini bernama Bidayah al-Hidayah, syarah matan Ummul Barahin. Selepas diskusi dengan sang Guru, saya mulai membuka kembali kitab  ini dan akhirnya menemukan nama dan asal usul ringkas pengarangnya; Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin yang dalam redaksi kitab disebut bahwa beliau merupakan seorang yang berasal dari Aceh.

Kemudian, dalam mukadimah kitab Bidayah wal Hidayah terdapat dua bait  syi’ir yang menjelaskan pentingnya mempelajari kitab ini. Syi’ir dimaksud ditulis oleh pengarang kitab Awamil al-Jurjaniyah, Syekh Ahmad bin Muhammad Zain Alfatani, demikian nama yang tertera.

Sejuah ini, kita masih belum menemukan satu pun literatur yang menulis tentang biografi Ahmad bin Muhammad Zain Alfatani secara lengkap. Yang jelas, sosok Ahmad Alfatani adalah salah seorang yang mewakili ulama negeri-negeri rantau Melayu akhir abad 20 yang karyanya masih dibaca dan diminati oleh mahasiswa dan pelajar ilmu-ilmu agama di Mesir, tak terkecuali pelajar Arab.

Kitab berbahasa Arab, Al-Awamil al-Jurjaniyah karangan beliau dijual bebas di maktabah belakang Masjid Al-Azhar seharga 15 pound Mesir.  Tercatat ada 20-an kitab ulama-ulama Melayu yang telah saya koleksi, semuanya kebanyakan berasal dari Maktabah Halabi. Kitab-kitab tersebut dijual antara 5 sampai 30 pound Mesir.

Kitab terakhir yang saya beli adalah Tajul Muluk karangan ulama Aceh, Syekh Isma’il bin Abdul Muthalib Al-Asyi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.  Terakhir saya membeli kitab paling masyhur di Aceh yakin, Jami’ul  Jawami’ atau di Aceh sering kita menyebutnya Kitab Lapan, karena berisi kumpulan kitab yang jumlahnya delapan.

Sebagaimana kita maklum bahwa kitab ini merupakan karangan ulama Aceh yang juga pengarang Tajul Muluk, Syekh Isma’il bin Abdul Muthalib Al-Asyi. Di Mesir, kitab ini dicetak oleh Makatabah Halabi pada bulan Muharram tahun 1344 Hijriah. Dalam mukadimah kitab Jam’ul Jawami’ tertulis sebuah kalimat: “Dan pada nafinya satu risalah Asraruddin atas I’lamul Muttaqin bagi ulama Aceh beberapa hawamisy dan beberapa abyat (bait-bait) bagi almarhum Syekh Isma’il.”

Para syekh dan pelajar di Universitas Al-Azhar sangat memberi apresiasi terhadap mahakarya ulama-ulama Melayu. Bahwa para ulama-ulama Melayu telah menjalin hubungan keilmuwan yang intens dengan para syekh dan masyarakat di negeri-negeri Arab masa lalu. Sebagai hamba ilmu, para ulama ini terus belajar dan mengajarkan ilmu-ilmunya kepada generasi pelanjut.

Mereka menyempurnakan aktivitas keilmuwan dengan mengarang kitab-kitab. Mahakarya para ulama ini menuai berkah, di mana sampai sekarang kita masih membaca dan membahas kitab-kitab dimaksud. Dalam usaha membaca dan menekuni karangan para ulama besar ini, semoga kita senantiasa mendapat keberkahan ilmu dan bisa mengambil semangat (istifadhah) dari kiprah keilmuwan mereka yang mulia dan monumental.
[email penulis: azmi_mali2000@yahoo.com]

0 komentar: